Setelah sukses menggelar sejumlah festival musik yang sudah tidak asing lagi di masyarakat Indonesia, Java Festival Production (JFP) menghadirkan satu festival musik lagi, dengan konsep yang sepenuhnya baru. Java Soundsfair “Music and Art”, tidak hanya sebuah festival yang menawarkan musik tapi juga percampuran seni di dalamnya. Bekerja sama dengan Indo Art Now, para seniman yang berada di bawah yayasan tersebut akan memamerkan hasil karya mereka di dalam festival ini. Seperti ingin mengulang kesuksesan festival musik andalan JFP sebelumnya, Java Jazz, Java Soundsfair diadakan di tempat yang sama yaitu Jakarta Convention Center (JCC) pada 24-26 Oktober 2014 kemarin.

Pukul 17.00, pintu festival telah dibuka. Sore hari itu belum banyak pengunjung yang datang memenuhi JCC, mungkin karena penampilan pertama baru akan dimulai satu jam setelahnya. Tepatnya pukul 18.15, sejumlah penampil akan membuka festival ini di panggung yang berbeda. Plenary hall, tempat RAN tampil, sudah dipenuhi oleh sejumlah remaja wanita beberapa menit sebelum RAN tampil. Penampilan tiga pria ini lebih berwarna karena setiap lagu yang dibawakan diiringi oleh choir dan dancer. Di panggung yang berbeda, Rock n Roll Mafia, menghimpun jenis penonton yang berbeda di panggung A Create Zone. Berhubung yang bisa masuk ke panggung ini harus berusia 18 tahun ke atas. Para penonton bergoyang-goyang lucu menikmati lagu yang dibawakan meski penampilan mereka berhenti sebelum jadwal.

Bukan JFP namanya kalau tidak bisa membuat penonton galau memilih penampil di setiap festival mereka. Di waktu yang sama, band musik elektronik dari Jepang yang mengingatkan kepada Daft Punk, CTS tampil di Martha Tilaar hall. Puti Chitara juga ikut membuka festival ini di panggung yang paling cozy (disediakan bantal-bantal untuk lesehan!) di panggung De Majors dan Elephant Kind di panggung Guinness. Setelah menikmati sejumlah penampil di awal festival, LCD Trip dapat dinikmati sambil duduk manis di panggung Kementerian Perdagangan. Dengan panggung yang sederhana, musik yang dibawakan masih terdengar megah.

Pukul 20.30, SORE hadir menghangatkan malam itu dengan lagu-lagunya yang syahdu. Ade Paloh dan kawan-kawan menaikan antusias penonton untuk menyanyikan lagu bersama-sama di tiga lagu terakhirnya. Pk 21.40, panggung Garuda Indonesia sudah dipenuhi penonton beberapa menit sebelum band ska Jepang yang ditunggu-tunggu, Tokyo Ska Paradise Orchestra (TSPO), tampil. Penonton yang berada di panggung ini mungkin adalah crowd yang paling penuh malam itu. Di setiap lagu yang mereka bawakan, penonton bergoyang seakan malam takkan berakhir. Para personil TSPO pun benar-benar tahu cara mengendalikan penonton mereka, meski ini kali pertama mereka tampil di Indonesia. “Alig…. Alig…..!”, penonton pun tau baik mereka atau idolanya sama-sama menggila malam itu.

Kegilaan malam itu tidak sampai di situ saja. Pukul 23.00, special show hari pertama MAGIC! menggebrak Plenary hall. Banyak yang menduga penonton hanya akan mengetahui satu lagu andalan mereka yaitu ‘rude’. Tapi ternyata, antusias penonton yang rela membayar lebih untuk menyaksikan penampilan band reggae fusion asal Kanada itu cukup tinggi. Terlihat beberapa penonton yang menyanyikan lagu-lagu yang mereka bawakan dari awal sampai akhir sambil sedikit bergoyang dengan asyiknya.

Tidak sampai di situ, penampilan Asian Dub Foundation masih menemani pengunjung festival di hari pertama ini Pk 23.30. Grup musik yang memainkan berbagai jenis musik mulai dari rapcore, dub, ragga, dan instrumen rock ini membuat penonton antusias berjingkrak meski hari sudah malam. Dan berakhirlah Java Soundsfair 2014 di hari pertama!