Sore itu, ruang tengah yang padat sengaja dikosongkan. Kursi dan meja yang biasa tertata rapi dipindahkan, lampu warna-warni siap dinyalakan, serta ada beberapa alat musik yang dijajarkan. Restoran pun berubah menjadi tempat nyaman untuk mini konser dengan format akustik.

Ton Et L’art diambil dari bahasa Perancis yang artinya nada dan seni. Dua hal tersebut yang coba disatukan dalam satu acara oleh Nepenthes.inc. Acara akustik yang berpadu dengan live drawing pada 30 April 2015 lalu mengajak beberapa musisi seperti Povo, Sky Sucahyo, Shout Revolution, Orange Juice, The Trees Strip, Titik Lemah, Misclef, dan Sumbio serta Raden A. Kharismanto dan Eastern Bastard untuk live drawing.

“Awalnya Checo mengajak saya bekerja sama untuk membuat acara untuk program komunitas. Sebelumnya, Checo sudah mengadakan acara Checokustik. Lalu, saya bersama Nepenthes.Inc mengembangkan acara Checokustik dengan menggabungkan antara musik dengan paddle drawing lewat acara Ton Et L’art ini,” ujar Ketua Pelaksana Ton Et L’art, Yitzhak Nazareth.

Yithzak juga mengatakan bahwa acara ini merupakan awal dari program komunitas yang digagas oleh Checo. Setelah ini, Checo akan memberikan diskon untuk komunitas-komunitas yang terlibat dalam program ini. Menurutnya pihak Checo sangat terbuka untuk komunitas apa pun yang ingin membuat acara di Checo.

Sejak matahari terbenam, acara Ton Et L’art pun dimulai. Band asal Sumedang, Slimbio tampil pertama dengan membawakan lagu dalam format akustik selama hampir 20 menit. Kemudian, dilanjutkan dengan penampilan The Trees Strip yang menyanyikan lagu “What You Know” milik Two Doors Cinema Club hingga ditutup dengan lagu “Hujan Turun” dari Sheila on 7.

Di depan tempat para musisi bernyanyi, Raden A. Kharismanto dan Eastern Bastard sudah memulai melukis di atas media kayu. Mereka melukis dengan cat yang sudah disediakan panitia. Selain itu, Eastern Bastard juga menjual hasil karya mereka dalam bentuk T-Shirt yang bisa langsung dibeli.

“Hasil lukisan mereka di atas talenan akan dipamerkan hari ini tapi nantinya Checo akan menggunakan karya tersebut sebagai bentuk apresiasi Checo untuk seniman. Jadi, orang-orang yang tidak datang hari ini juga bisa lihat,” tutur mahasiswa Fakultas Pertanian Unpad ini

IMG_0430
Eastern Bastard dan Raden A. Kharismanto membuat karya lukisan di atas media kayu.

Di sela-sela acara, pihak resto dan café Checo mengajak pengunjung untuk berpartisipasi dengan cara memberikan kertas duplex berukuran kecil serta spidol berwarna untuk dilukis. Lalu, beberapa karya pengunjung tersebut akan dipajang di dekat pintu masuk. Checo juga menyediakan sebuah bingkai kaca untuk menuliskan testimoni dari acara Ton Et L’art ini.

Kembali ke panggung, band dengan dua vokalis wanita Orange Juice tampil dengan menyanyikan tembang lawas milik Chrisye “Cinta”. Beberapa pengunjung Checo pun ikut bernyanyi bersama. Penampilan Orange Juice ditutup dengan lagu “You Are My Everything” dari Glenn Fredly. Penampilan berikutnya diisi oleh Misclef yang coba mengajak pengunjung bergoyang dengan membawakan “Mirasantika” milik Rhoma Irama.

Dilanjutkan oleh Checo yang bernyanyi dengan enerjik lewat lagu “No. 1 Party Anthem” dari Arctic Monkeys, “Live in New York” dari The S.I.G.I.T. lalu terakhir lagu dari Jet yang berjudul “R U Gonna Be My Girl”. Setelah selesai, vokalis Checo berkata dalam bahasa sunda “Kagok ieuh hiji deui, gancang da”. Namun, panitia memberikan isyarat kalau waktunya sudah habis. Hari semakin malam, band asal Cimahi, South Revolution membawakan lagu-lagu yang beraliran punk seperti “I Miss You” dari Blink 182. Kemudian, Sky Sucahyo tampil sendiri dengan ukulelenya menyanyikan lagu ciptaannya sendiri hampir selama 30 menit. Terakhir ada band beraliran folk Povo sebagai band penutup acara nada dan seni malam itu.