Memulai rentetan festival musik di bulan September, Tau Tau Festival hadir untuk mengobati rasa rindu khalayak, khususnya di Kota Bandung. Hal ini ditunjukkan dengan penggunaan tagar #BandungRinduFestival dan #TauTaudiBandung. Tau Tau Festival lumayan mengguncang para penikmat musik lewat line up yang dihadirkan. Proporsi musisi yang dihadirkan di hari pertama dan hari kedua sangat imbang dengan nama-nama besar di dalamnya dan dibagi ke tiga stage yang berbeda, yaitu Panggung Sorak, Panggung Gembira, dan Ruang Pesta. Sayangnya, Gilanada lebih banyak meliput Panggung Sorak yang merupakan main stage dari Tau Tau Festival.

Tau Tau Festival bukan hanya memulai rentetan festival musik di bulan September yang menjadi bulannya penikmat musik, festival ini juga menyambut musim hujan yang turun di awal September. Penampilan Nadin Amizah di Panggung Sorak pada hari pertama ditemani dengan langit abu-abu dan kesejukan Kota Bandung membuat lantunan Nadin dalam setiap harmoninya semakin masuk merasuki para penonton. Lantunan-lantunan dari The Sigit, God Bless, dan Efek Rumah Kaca pun menggema di udara menerobos hujan pada hari pertama. Lalu dilanjutkan dengan Project Pop dan Vakingsyit (Oomleo X Vincent Desta feat. DJ Henry) yang membuat penonton menghabiskan suaranya dan lupa bahwa esoknya masih ada hari kedua. Selain Panggung Sorak, Gilanada juga sempat mendatangi Panggung Gembira untuk menyaksikan aksi panggung dari Sal Priadi yang sangat khusyuk di tengah derasnya hujan Bandung pada hari pertama.

Pada hari kedua, hujan turun lebih lambat dari hari pertama. Terlepas dari cuacanya, hal tersebut membuat penonton terlihat lebih padat di hari kedua. Sore hari serasa dibawa menari oleh penampilan dari The Panturas, .Feast, dan The Changcuters. Selanjutnya, penonton dibawa merenung oleh Kunto Aji dan Hindia. Menari lagi karena RAN, lalu dibawa merenung kembali bersama Tulus. Seperti roller coaster memang. Sayangnya, sesi merenung bersama Tulus harus segera disudahi lebih cepat karena hujan yang semakin deras. Tulus menutup Tau Tau Festival 20 menit lebih cepat dari jadwal yang telah ditentukan dari awal.

Di luar dari penampilan para musisi yang mengisi, ada hal yang mengganggu para penonton, yaitu masalah venue. Rumput dan tanah perlahan menjadi lumpur dan mengganggu mobilisasi penonton untuk berpindah panggung maupun membeli makanan. Layout dua panggung pendamping yang jauh dari panggung utama dan tanah berlumpur membuat penonton menjadi semakin enggan untuk melipir ke panggung lainnya. Keadaan berlumpur di hari pertama masih dianggap sebagai kejadian yang tidak dapat diprediksi oleh panitia maupun penonton. Namun, masalahnya terletak pada panitia yang seperti tidak berkaca dari keadaan di hari pertama. Lumpur tidak kunjung dibenahi atau bahkan ditutupi. Benar-benar dibiarkan sama dari hari sebelumnya. Selain mengganggu mobilisasi, lumpur juga membuat penonton menjadi semakin ragu untuk menari.

Terlepas dari kekurangan pada segi tempat, Gilanada sangat mengapresiasi Tau Tau Festival yang berjalan kondusif tanpa ada kericuhan. Musisinya pun tampil sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, meskipun kondisinya sedang hujan deras. Festival ini benar-benar mengobati rasa rindu para penonton akan musisi kesayangannya yang tampil di tengah kesejukan Kota Bandung. Tau Tau Selesai.