Hari Valentine baru saja dirayakan oleh mereka-mereka yang memiliki pasangan. Orang-orang yang tidak memiliki pasangan dianggap tidak bisa merayakan hari Valentine sebagaimana mestinya. Namun, sehari sebelum Valentine, ada sebuah kejutan yang bisa menjadi peneman mereka para jomblowan dan jomblowati. Tanggal 13 Februari silam, Romantic Echoes – alter dari J. Alfredo (Pijar), yang sekarang ia sebut sebagai ‘Grup Band lengkap bentukan J. Alfredo’, merilis single berjudul “Permataku”. Setelah sebelumnya debut bersama Oslo Ibrahim dengan tembang “You Made Me Cry” dan “You Made Me Smile”, akhirnya Romantic Echoes merilis single yang bercerita tentang pertemuan seorang pujangga cinta dengan wanita pujaan-nya setelah sekian lama.
Seperti nama Romantic Echoes yang berarti gema romantis, J. Alfredo ingin menjadikan sekitarnya untuk ikut merasakan keintiman cinta yang ia rasakan. Keintiman cinta tersebut berhasil ia bagikan kepada pendengarnya lewat lagu “Permataku”. Lagu tersebut dibuka dengan suara sengau khas-nya dengan lirik “Kan ku lakukan segalanya untuk hati yang ternyata dusta”, ditemani dengan alunan piano yang tak lama menjadi dramatis dengan suara orkestra pada kata “dusta”. Ternyata, dalam lagu ini, kisah cinta sang pujangga dengan wanita pujaan nya – atau yang ia sebut dengan panggilan ‘permataku’ berakhir pilu, dimana permata-nya ‘bermain’ dengan lelaki lain.
Lagu bernuansa pop psychedelic 60s ini dikemas secara apik oleh Romantic Echoes. Ia menulis dan memproduksi sendiri “Permataku”, dibantu pula oleh Risky Sembiring di penulisannya dan juga Heston Prasetyo (Vintonic) dalam proses mixing dan mastering-nya. Mood pada lagu ini berhasil ia atur sendiri dengan intro yang terasa intim, dilanjutkan dengan mood intens, dan seterusnya ia bangun dengan mood yang seakan mengajak orang untuk mendengar kisah ‘permata’-nya dengan tempo medium. Ciri khas suara J. Alfredo tetap melekat dengan identitas dirinya sebagai vokalis band Pijar. Bagi pendengar Pijar, pasti dapat dengan mudah menebak suara sengau ala J. Alfredo yang terdengar pada lagu “Permataku”. Berbeda dengan Hindia – alter dari Baskara Putra yang menurut saya terdengar sangat berbeda feel nya ketika ia menyanyi bersama .Feast.
Tak rampung rasanya jika tidak menggubris salah satu materi publikasi “Permataku” yang dibuat sendiri oleh Jack– sapaan akrab dari J. Alfredo. Nuansa yang didominasi oleh warna ungu dipilihnya karena warna ungu merupakan warna yang cocok untuk single pembuka: elegan dan penuh dengan misteri. Pada gambar diatas terlihat seorang wanita yang seolah-olah memiliki tiga mata layaknya Dajjal sangat menarik perhatian saya. Jika memiliki mata yang jeli, bisa dilihat serangkaian tulisan pada dua gambar di atas yang menunjukkan lirik dari “Permataku”. Ketika dihubungi melalui direct message Instagram, Jack mengaku bahwa ia cukup sulit untuk menjelaskan maksud dan makna dari karya yang digambarnya sendiri. ”Pemaknaan nya mirip seperti lagu; kembali ke penikmatnya masing-masing mau diartiin apa, jadi lebih terkesan eksklusif,” sebutnya. Sebagai pengikut setia akun Instagram Jack, gambar ini memiliki jenis yang serupa dengan desain-desain yang acap kali ia unggah; illustration dengan warna-warna yang berani. Tanpa sadar, desain illustration sudah cukup melekat dengan identitas Jack dan tanpa sadar menjadi ciri khasnya sampai saat ini.
Sebanyak 325.625 orang sudah mendengar lagu ini di Spotify per 28 Februari 2020, termasuk saya yang memutar ini berulang kali. Enak banget boss! Saya bisa melihat masa depan yang cemerlang bagi Jack, baik itu bersama Pijar maupun sebagai Romantic Echoes. Ngomong-ngomong, “Permataku” rilis tepat di hari ulang tahun Jack lho. Video klip nya juga dirilis hari ini banget di kanal YouTube Romantic Echoes. Happy belated birthday untuk Jack dan selamat atas lahirnya “Permataku”! Semoga dalam waktu dekat ini, nama Romantic Echoes maupun Pijar dapat melambung dan memiliki karir yang cemerlang untuk kedepannya.