Perpetual, sebuah kata yang terdengar asing di telinga kebanyakan orang Indonesia. Diambil dari bahasa Inggris yang berarti abadi, atau bisa diartikan sebagai sesuatu yang terus berulang. Kata tersebut dipilih Pijar – band trio asal Medan sebagai judul EP terbarunya untuk soundtrack film garapan Raditya Dika yang berjudul “Single Part 2”. Tidak sampai selang satu tahun dari EP sebelumnya yang berjudul Antologi Rasa, kini Jack (Vokal), Ican (Gitar), dan Aul (Drum) kembali lagi dengan EP yang bercerita tentang naik turunnya kisah percintaan seorang lelaki yang bernama Ebi dan memiliki total enam lagu di dalamnya. Lagu-lagu itu berjudul “Gelisah”, “Peran Dua Arah”, “Filantropi”, “Sandiwara Dunia”, “Dinamika Rasa”, dan “Menjilat Matahari”.
Berkesempatan untuk melakukan interview dengan Ican via DM Instagram, diketahui bahwa Perpetual pertama kali diusulkan olehnya. Kata tersebut sering ia dengar ketika kuliah akuntansi yang ternyata memiliki makna indah. Dengan nama EP Perpetual, Ican dan anggota Pijar lainnya berharap agar karya-karya mereka bersifat abadi. Selain meng-interview Ican, saya juga berkesempatan untuk menghubungi Jack sang vokalis melalui DM Instagram mengenai album baru mereka. Ketika ditanya apakah sebelumnya pernah terlintas di pikiran Pijar akan mengisi sebuah soundtrack film, Jack menjawab, “Pijar memang pernah bercita-cita untuk mengisi soundtrack, tapi enggak nyangka bakal secepat ini dan dalam setahun langsung mengisi dua film layar lebar.” Pijar juga mengaku bahwa tidak ada pengalaman pribadi yang mereka tuangkan ke dalam EP ini. Mereka hanya mencoba masuk ke dalam karakter Ebi yang diperankan oleh Raditya Dika. Setelah mengetahui asal usul dan seluk beluk dari EP Perpetual, mari kita kulik satu per satu lagu-lagu yang mengisi album ini!

“Gelisah”, bercerita tentang seseorang yang menunggu pujaan hatinya untuk kembali. Diawali dengan hook yang mudah diingat dan suara keyboard yang witty, lalu disusul dengan gebukan bass drum dari Aul. Lagu yang berdurasi 3 menit 11 detik ini memiliki lirik yang simple sehingga mudah dipahami dan cenderung digemari oleh semua kalangan penikmat musik.
Berbeda dengan “Gelisah”, “Peran Dua Arah” memiliki makna lagu yang lebih sulit untuk dipahami. Terbukti dari lirik, “Asmara bergema, Kelana bersema, Senada senyawa, Semesta gembira.” Selain itu, lagu “Peran Dua Arah” cenderung memiliki tempo yang lebih lambat daripada “Gelisah”. Lagu ini bercerita tentang dua insan yang bersama, di mana peran mereka masing-masing saling melengkapi menjadi sebuah cinta yang dapat menghapus luka.

“Filantropi”, berasal dari bahasa Yunani philein yang artinya cinta serta anthropos yang berarti manusia. Filantropi, adalah tindakan seseorang yang mencintai sesama manusia. Diawali dengan nyanyian, “Dia, Dia, Dia,” yang terdengar earcatching dan sering diulang dalam lagu ini. Bercerita tentang seseorang yang berhenti mengejar pujaan hatinya, lagu yang berlirik cenderung sedih ini dikemas dalam tempo yang cepat diiringi dengan gebukan drum yang ‘asik’, seakan pendengarnya diajak untuk ‘berdendang’ atas kesedihan dari lagu ini.
“Sandiwara Dunia”– secara pribadi menjadi lagu favorit saya dalam EP Perpetual. Vokal Jack yang hanya diiringi oleh petikan gitar pada intro, alunan nada yang pelan, serta makna lagu yang cukup dalam berhasil memanjakan telinga saya ketika pertama kali mendengar lagu ini. “Lagunya tuh nyuruh orang yang dengerin untuk memaafkan keadaan yang enggak sesuai keinginan kita,” tutur seorang teman saya yang bernama Eno. “Sebelum terjerumus ke dalam keadaan buruk kayak gini, kita pernah dalam keadaan baik yang dibuktikan dengan lirik ‘senyuman manis di antara kita’ pada verse 1,” lanjutnya. Banyak pula rekan saya lainnya yang memilih lagu “Sandiwara Dunia” sebagai lagu favorit mereka.
Lagu selanjutnya berjudul “Dinamika Rasa”, di mana petikan gitar elektrik disusul dengan bass ini mengawali lagu dengan feel yang mendayu dan sesuai dengan lirik di verse pertamanya, “Kan kubawa kau terbang sampai ujung dunia,” seakan-akan pendengarnya turut diajak terbang hingga ujung dunia. Lagu yang cocok didengarkan menjelang tidur ini bercerita mengenai sepasang kekasih yang telah mengakhiri hubungan mereka, tetapi sang lelaki, Ebi, ingin kembali sembari mengajak ‘terbang’ ke ujung dunia dan melupakan segala kenangan buruk masa lalu yang telah terjadi.

Album Perpetual ditutup dengan lagu “Menjilat Matahari”. Lagu ini menceritakan seorang lelaki jomblo yang tetap ingin terlihat kuat dan cool meskipun tidak memiliki pasangan. Dalam film “Single 2”, Ebi, sang pemeran utama berjuang dengan kesendiriannya. Kata-kata ditelan masa, berjuang dengan kesendirian, serta menjilat matahari menjadi satu kesatuan yang sinkron untuk mendeskripsikan kondisi asmara Ebi. Alhasil, kata-kata tersebut dituangkan ke dalam lirik “Menjilat Matahari”.
Berawal dari sebuah tongkrongan di Medan, kini Pijar sudah memiliki banyak pengakuan dari berbagai kalangan penikmat musik. Mereka memiliki harapan agar karya yang dibuat dapat berpengaruh bagi kehidupan orang banyak. Satu hal yang pasti, Pijar hanya ingin menjadi LEGENDA. Sukses selalu untuk Pijar! EP Perpetual sudah dapat dinikmati di kanal musik favorit kamu seperti Spotify, Joox, Apple Music, dsb.