Musik menjadi pilihan banyak orang untuk mengekspresikan dirinya, tidak memandang tingkat strata sosial maupun ekonomi. Hal ini dibuktikan oleh salah satu band asal Jatinangor, yaitu Olegun Gobs, mereka mengekspresikan rasa ingin bermusik mereka dengan membawakan musik ber-genre ska. Lahir tahun 2012, band ini terpapar budaya berdansa dengan lirik bahagia dari Jamaika di akhir tahun 1950-an. Olegun Gobs beranggotakan 9 orang yang (masih) muda dan enerjik dalam berkarya, ada Aryobimo Pratama Mulyanto (drum & back vocal), Ali Dwijulianto (lead guitar), Helmi Raihan (rythm guitar & back vocal), Fajar Dwi Anugrah (bass & back vocal), Sufy Moethahar (percussion), Faiz M Fitrandika (trombon), Adi Porsiana (saxophone), Saeffudin (trumpet) dan Yahya Hahidhudin (vokal). Merupakan salah satu putra daerah kebanggaan Jatinangor bersama The Panturas, El Karmoya, Breh & The Bangsat, dan masih banyak band lainnya, Olegun Gobs tentu tidak mau kalah dalam bermusik.

Pada tanggal 20 Desember 2018, Olegun Gobs secara resmi merilis debut album mereka yang diberi judul Gobs Collection. Rilisan dalam bentuk CD ini dirilis secara mandiri dan terpercaya oleh Gobs Label. Album yang berisikan 9 trek  dan 1 trek yang katanya rahasia ini ternyata mempunyai arti yang sangat mendalam. Album ini merepresentasikan bagaimana kebahagiaan kecil dan bisa dikatakan sebagai kebahagiaan minoritas dibangun menjadi sesuatu yang besar dan bernilai (edan!). Lalu mengapa Gobs Collection? Apa yang diceritakan dalam album yang menggunakan cover album top collection khas tukang cukur alias barbershop?

Album ini ternyata terinspirasi dari film Barbershop (2002) yang dibintangi oleh Ice Cube, pemain film yang sering memerankan peran marah – marah dan penuh emosi. Konsep album sama dengan konsep film ini, di mana tempat cukur bukan hanya orang datang untuk dicukur lalu pulang, tetapi menjadi tempat berkumpulnya masyarakat dan menjadi tempat berdiskusi berbagai isu seperti politik, sosial dan lingkungan. Dari situlah, Olegun Gobs merasa hal ini cocok dengan konsep album yang ingin mereka tawarkan, beragam dalam satu tempat namun tetap asyik.

“Kalo ke barber, kita ga bisa milih semua jenis potongan yang ditawarkan kan?” ujar Yahya alias Yayoi.

Ucapan ini yang membuat saya berpikir lalu berkata, “Ya bener juga sih.” Album ini  memiliki keberagaman sesuai dengan inspirasi mereka tadi, banyak warna musik yang coba untuk ditawarkan oleh Olegun Gobs. Semua dibalut manis dan asyik oleh aransemen para punggawa Olegun Gobs, tanpa meninggalkan corak akar musik mereka, ska. Dari segi lirik, album ini membahas mulai dari hal remeh seperti kencing (ya betul, kencing, alias buang air kecil) hingga kritik soal kebijakan kredit (ya betul, dari kencing ke kebijakan kredit). Entah apa yang ada di pikiran para punggawa alias personil Olegun Gobs, namun menurut saya ini beda aja gitu. Menurutnya, proses kreatif mereka adalah hasil dari kultur sosial masyarakat kampus yang beragam, sehingga terciptalah lirik – lirik yang beragam corak. Lalu ada apa saja dalam album ini?

Ternyata ada satu trek yang dirilis terlebih dahulu di Soundcloud dan video klip di Youtube, yaitu “Wednesday Afternoon” pada tahun 2016 (jauh juga ya sama album). Berselang dua tahun, “Wednesday Afternoon” tetap masuk ke dalam album ini, bagaimana tidak? Menurut saya inilah yang membuat warna Olegun Gobs terlihat sangat ska dalam bermusik. Hanya tentang cerita hari Rabu sore, lirik dan video klipnya yang terkesan sederhana nan simple. Mungkin lagu ini juga menjadi titik percaya diri Olegun Gobs yang masih ada dua tahun lalu, sehingga dimunculkan lagi sekarang.

Kalau kalian baca paragraf sebelumnya dengan saksama, ya ada kata kencing di dalamnya.  Bukan bermaksud jorok, tapi saya jadi penasaran dengan lagu kencing ini. Ternyata ada di trek nomor 3 yang berjudul “KIIH”. Ya, “KIIH” atau kiih adalah bahasa Sunda dari peristiwa dikeluarkannya urin pada alat pembuangan air kecil dari uretra sampai meatus air kecil keluar tubuh alias kencing atau buang air kecil (anaknya teh IPA banget). Kalau dicoba denger liriknya, hanya menjelaskan jenis – jenis kiih alias jenis – jenis kencing, dan menjelaskan secara terang – terangan bahwa kiih adalah kegiatan kebiasaan mereka tiap pagi. Agak aneh? Memang. Unik? Memang. Tapi inilah corak yang ingin ditawarkan dari band yang kalo kata pertama dalam namanya dibalik jadi nugelo alias orang gila. Mari sambut Olegun Gobs dengan album barunya, dan semoga skena musik Jatinangor terus berkembang sebagaimana mestinya, edankeun!