“Even if everything is now digital, who doesn’t want to have more than just the track… I would say the track is the burger and the music video is the full meal deal with fries and coke” – Simon Cahn.

Perkembangan industri musik akan selalu bergerak dinamis mengikuti perkembangan teknologi yang terwujud dalam berbagai sektor industri musik. Akhir-akhir ini, streaming konser sedang menjadi sebuah alternatif di kala pandemi dikarenakan terbatasnya ruang gerak industri musik dalam melakukan konser musik seperti sedia kala. Hal ini sebelumnya tidak pernah terbayangkan akan dilakukan, namun begitulah berjalannya sebuah industri yang harus senantiasa menggerakkan roda ekonomi. Wujud lain akan dinamisnya industri musik adalah perkembangan sebuah rilisan musik dari jaman ke jaman. Mulai dari piringan hitam, pita kaset, compact disk (CD), hingga kini berubah menjadi rilisan digital. 

Kini, dengan berbagai platform digital yang tersedia dalam berbagai format, sangat memudahkan musisi ataupun sebuah record label untuk mengemas karya mereka ke dalam berbagai bentuk, termasuk ke dalam bentuk musik video. Perkembangan musik video kini sudah sangat dimudahkan dengan adanya Youtube. Jauh sebelum itu, kita pernah berada di masa Music Televisi (MTV) yang senantiasa memutar musik video dari berbagai macam musisi selama 24 jam nonstop. Kehadiran MTV ini menjadi salah satu prasasti dalam perkembangan industri musik maupun perkembangan musik video. 

Ladies and Gentlemen, rock ‘n’ roll”  menjadi kata-kata pembuka  ketika MTV pertama kali mengudara pada 1 Agustus 1981 dan “Video Killed the Radio Star” dari The Buggles menjadi video pertama yang MTV putar. Semenjak itu, mungkin frasa dari lagu The Buggles menjadi sebuah frasa yang kuat untuk menandakan bahwa industri musik memasuki era baru yaitu era musik video atau era MTV. 

Selang beberapa tahun, MTV berkembang menjadi sebuah raksasa yang menancapkan dampaknya ke seluruh dunia bahkan hingga ke Indonesia. 5 Mei 1995 tercatat sebagai tanggal dimana MTV resmi mengudara di Indonesia. Pengaruh hadirnya MTV di Indonesia sendiri dirasa cukup signifikan mengingat MTV sendiri mampu bertransformasi menjadi sebuah produk budaya arus utama kala itu. Namun, jauh sebelum era MTV, Indonesia sendiri melalui Televisi Republik Indonesia (TVRI) memiliki program musik bernama Wajah Baru atau Kenalan Baru. Program ini menampilkan lagu musisi pendatang baru dalam negeri yang sebelumnya sudah melalui tahap audisi yang cukup ketat. 

Dilansir dari arsip Denny Sakrie, disebutkan bahwa pada era 1970-an TVRI mulai bereksperimen menampilkan lagu dengan setting outdoor yang terlihat lebih natural. Hal itu dikatakan sebagai cikal bakal munculnya era video klip yang mulai marak di era 80-an hingga 90-an. Masih dari arsip Denny Sakrie, Budi Schwarzkrone (pengarah acara di TVRI) mengatakan bahwa video klip pertama yang muncul di TVRI adalah lewat penampilan penyanyi Ernie Djohan pada 1972, tetapi yang bisa dianggap video klip utuh adalah video klip kelompok Panbers pada 1974 karena mereka memakai playback atau lipsync.  

Peran Musik Video 

Di era sekarang, keberadaan musik video sendiri memiliki peranan penting dalam industri musik baik dalam kacamata record label ataupun musisi itu sendiri. Walau era MTV telah berlalu, namun musik video sebagai sebuah karya masih sangat berperan penting bahkan lebih penting dari sebelumnya. Secara garis besar, mungkin peranan musik video sendiri bisa dibagi kedalam dua peranan besar yaitu sebagai representasi visual dari musisi dan sebagai medium promosi lagu. 

Secara tidak sadar mungkin era MTV telah membentuk pola konsumsi terhadap musik yang menjadikan musik dan video menjadi dua sisi koin yang tidak terpisahkan. Musik video menciptakan pengalaman multidimensi yang membuat kita tidak hanya mendengarkan, melainkan melihat juga. Ketika menonton musik video, kita juga menikmati representasi visual lagu yang ingin musisi sampaikan. 

Secara garis besar, ada empat teknik atau visualisasi yang sering digunakan dalam musik video, cinematic video, photographic video, performance clip, dan progressive video. Cinematic video merupakan musik video yang menitikberatkan pada narasi dan jalan cerita yang jelas sesuai dengan pesan lagunya sendiri. Photographic video berkebalikan dari cinematic video yang tidak menitikberatkan pada jalan cerita atau narasi, bahkan cenderung membentuk narasi berbeda dari lagu dan menggunakan sinkronisasi ritme musik dan visual. Adapun tipe performance clip yang lebih berfokus pada penampilan musisi. Dan yang terakhir disebut progressive clip yang masih bagian dari cinematic video, namun tidak terlalu mengandalkan cerita dan visual yang dramatis. Dalam progressive video tidak ada jalan cerita, yang ada hanya perubahan waktu dan perpindahan tempat yang didapat dari teknik editing.  

Peranan lain dari sebuah musik video selain menjadi representasi visual musisi ataupun lagunya, musik video pun merupakan salah satu platform promosi dari sisi marketing. Mari kita menggunakan kacamata ekonomi sejenak untuk melihat poin ini. Industri musik selalu menempatkan musik sebagai produk utama dagangnya. Dalam hal ini, record label membantu musisi untuk merekam lagu, memfabrikasi rekaman untuk menjadi konsumsi massal melalui berbagai format (CD, kaset, digital streaming), dan menjualnya. Sebelum era digital seperti sekarang, radio dan televisi menjadi salah satu alat strategi promosi yang penting guna meningkatkan penjualannya, terkhusus untuk major label saat itu. Pada era radio, musik selalu menjadi elemen bahkan sebelum era radio interaktif dikenal pada 1970. “Musik mengisi program radio, menjadi background, dan mengidentifikasi pemirsa acara yang akan datang” (Cox: 2005: 1). Lebih jauh lagi, radio memimpin permintaan audiens untuk lagu popular. Radio mendominasi cara kita mengakses musik baru untuk beberapa dekade sebelum era televisi datang. 

Setelah itu, kita memasuki era kejayaan MTV. Frasa “I want my MTV” menjadi cukup terkenal saat itu. Frasa ini lahir dari sebuah studi Nielsen terhadap penonton MTV pada 1982. 85 persen dari 2000 responden menonton MTV, dan menghabiskan rata-rata 4-6 jam per minggu menontonnya (Banks, 1996). MTV berhasil menjangkau hampir 20 juta rumah di Amerika pada akhir 1980-an dan meningkat menjadi 28 juta pelanggan, dengan pertumbuhan 1-3 juta orang setiap tahun (Shuker, 2008). 

Jack Banks dalam bukunya yang berjudul Monopoly Television: MTV’s quest to control the music mengatakan bahwa marketing musik menjadi memiliki peranan penting bahkan lebih penting dari musiknya itu sendiri, artis harus terlihat keren dalam hanya 3-5 menit video, bagaimana mereka ditampilkan menjadi lebih penting dibanding dengan bagaimana mereka didengar. Ada dua hal yang kemudian menjadi warisan dari MTV untuk masa sekarang. Pertama, model program musik terkhusus untuk program audio visual. Kedua, MTV sukses mendorong artis untuk memproduksi musik video.

Era YouTube

Setelah era televisi membentuk jalannya sejarah musik industri melalui musik video, kini kita tengah menikmati era internet sebagai medium baru. Di era ini, kita diberi keleluasaan untuk memilih konten apa yang ingin kita konsumsi bahkan untuk preferensi musik yang ingin kita akses. Sebagai mesin pencarian kedua terbesar setelah Google, YouTube menjadi salah satu medium eksplorasi kita pada musik baru melalui musik video. 

Berbeda dengan era MTV yang memiliki sistem kurasi pada musik video yang akan ditayangkan, YouTube memberi keleluasaan pada musisi untuk menaruh musik videonya yang bisa ditonton kapan saja dan tentunya terhubung secara global. Kehadiran YouTube pada 2005 bisa dikatakan merubah jalannya industri musik. YouTube menjadi ranah baru bagi musisi dan director untuk mengeksplorasi konsep baru dengan jangkauan audiens yang lebih luas. Pada 2017-2018, Google merilis data yang mengatakan bahwa kita telah menghabiskan waktu selama 3.100 tahun waktu menonton untuk video yang berhubungan dengan musik (musik video, cover, mash up, parodi, lirik video, dan video reaksi).  

Laporan dari IFPI Global Music pada 2018 menunjukan juga bahwa 86 persen dari kita mengkonsumsi musik secara streaming dan 47 persen mengkonsumsinya melalui YouTube. Di era ini, mungkin peranan musik video menjadi penting bahkan lebih penting dari era era sebelumnya. YouTube memungkinkan musisi dari berbagai penjuru dunia untuk bisa melebarkan sayapnya secara global, tidak seperti di era televisi yang memiliki kebijakan kurasi yang ketat. Rich Brian mungkin menjadi salah satu contoh yang tepat di masa sekarang untuk membicarakan pernyataan ini. Terlepas dari kualitas karyanya, Rich Brian dapat memanfaatkan YouTube sebagai media distribusi “Dat $tick” sehingga bisa menjadi pembicaraan hangat saat itu bahkan di kalangan rapper di Amerika. 

Seperti halnya dengan era MTV, era streaming atau Youtube pun memiliki peranan penting untuk membentuk industri musik di era sekarang. Jika di era MTV mereka sukses mendorong musisi untuk memproduksi musik video sebagai salah satu media promosi musisi ataupun lagu, era Youtube ini menawarkan pola baru untuk mengemas sebuah rilisan. Kini, musisi bisa dan sangat mungkin untuk hanya merilis sebuah single dan dikemas menjadi kedalam berbagai bentuk. Terkhusus untuk platform Youtube selain musik video, video lirik dan sebuah official audio menjadi paket yang sering kita jumpai dari musisi untuk mengemas lagunya agar memiliki nafas yang cukup panjang ataupun meraup keuntungan secara finansial dari situ. Terlepas pro dan kontra hadirnya YouTube di industri musik, kita mungkin sepakat bahwa hadirnya internet ataupun YouTube menjadi titik balik utama dalam perkembangan sejarah musik video.

Sumber: 

Banks, J. (1996). Monopoly television: MTV’s quest to control the music. Critical studies in communication and in the cultural industries. Boulder, CO: Westview Press.

Cox, J. (2005). Music radio: The great performers and programs of the 1920s through early 1960s. Jefferson, N.C.: McFarland.

Shuker, R. (2008). Understanding popular music culture. London: Routledge.

https://dennysakrie63.wordpress.com/2013/11/05/kapankah-videoklip-mulai-muncul-di-indonesia/, diakses pada 2 September 2020 pukul 18.13 WIB

https://www.thinkwithgoogle.com/marketing-strategies/video/music-videos/ diakses pada 3 September 2020 pukul 19.14 WIB

https://www.thejakartapost.com/life/2018/10/10/youtube-driving-global-consumption-of-music.html diakses pada 4 September 2020 pukul 16.30