Katanya, manusia dewasa membutuhkan setidaknya 7-8 jam tidur yang berkualitas. Bagi beberapa orang, tidur mungkin bukan hanya sekedar rutinitas harian, melainkan juga hobi, atau bahkan pelarian dari berbagai masalah. Coba, siapa yang selama masa self-quarantine ini kerjaannya tidur mulu di rumah? Tidur emang enak sih, bisa untuk mengistirahatkan tubuh dari hiruk pikuk kehidupan, apalagi kalau mimpi indah. Tapi ada juga loh orang-orang yang menganut gaya hidup hustling dan ber-motto “sleep is for the weak”. 

Buat kebanyakkan dari kita, mungkin tidur atau nggak adalah pilihan. Mau begadang atau tidur siang, semua bisa diatur dan dikendalikan. Sayangnya, gak semua orang punya privilege ini. Pernah dengar istilah Sleep Clinic? Biasanya, klinik ini didatangi oleh orang-orang yang memiliki kesulitan atau gangguan tidur. Beberapa masalah mental juga memiliki pengaruh terhadap pola tidur seseorang, dan sebaliknya. Gak usah jauh-jauh deh, terkadang saat kita lagi gelisah aja, tidur pasti jadi kurang nyenyak. Tapi semua permasalahan terkait tidur ini punya penjelasan biologisnya, termasuk proses tidur itu sendiri.

EP terbaru Ray Viera Laxmana, “The Noir Scene and The White Sheep Before I Sleep”,  menghadirkan 5 track yang mampu memberi sedikit gambaran mengenai proses sebelum kamu memasuki alam mimpi. Ray sendiri mengaku mengalami insomnia akut yang sangat mengganggu dalam proses pembuatannya. Yuk, kita pahami lebih dalam tentang 5 fase tidur melalui lagu-lagu yang ada dalam EP perdana Ray Viera Laxmana!

Stadium 1 – The Noir Scene and The White Sheep Before I Sleep

    Saat kamu mematikan lampu kamar, menyalakan lampu tidur, menarik selimut, dan memejamkan mata, tandanya kamu sedang memasuki tahap paling pertama untuk tidur. Pada fase ini, kamu mungkin masih mudah terbangun karena suara yang mengganggu dan membuatmu resah. Sebenarnya kamu masih terjaga, namun aktivitas otakmu mulai melambat seiring kamu mencoba untuk terlelap. 

    The Noir Scene and The White Sheep Before I Sleep banyak bicara soal hidup. “We’ll be fine? Who’s say that it will all be fine?” Mungkin keresahan ini adalah salah satu yang menyebabkan Ray menjadi susah tidur. Kita seringkali terganggu oleh pikiran-pikiran yang mengkhawatirkan. Banyak pertanyaan tanpa jawaban yang lalu lalang begitu saja dalam alam pikiran kita. Lagu yang melodinya cukup santai dan menenangkan ini sebenarnya berkisah tentang perasaan gelisah seseorang. Itulah mengapa saya merasa bahwa lagu ini tepat untuk menggambarkan fase tidur stadium 1. Perasaan resah dan terganggu membuat kita masih mudah terbangun. Tetapi, setiap fase tentunya memiliki akhir yang menggiring kita ke fase selanjutnya, begitu juga keresahan akan menemukan finish line-nya. Lagu ini ditutup dengan lirik yang cukup menenangkan, Regardless of we’ll become, we’ll be fine. Just pretend that wasn’t a lie, we’ll be fine, the sun will rise”. Semua akan baik-baik saja, tenang, pejamkan matamu, dan terlelaplah. 

Judul lagu ini juga diadopsi sebagai judul debut EP milik Ray. Tidak heran, karena lagu ini sebenarnya merepresentasikan keseluruhan EP yang diciptakan oleh Ray ketika ia sedang mengalami masalah pola tidur akut selama 4 tahun silam. Masalah itu menghantarkan Ray pada beberapa masalah lainnya seperti anxiety dan overthinking, yang mungkin dianalogikan sebagai skena hitam-putih. Dan tentu saja, masalah ini tidak sesederhana itu untuk bisa diselesaikan hanya dengan menghitung domba sebelum tidur. 

Stadium 2 – Hunky Dory

    Sekarang kamu sudah lebih tenang nih, detak jantungmu melambat dan suhu tubuhmu menurun. Kamu siap untuk memasuki fase tidur yang lebih dalam lagi. Hunky Dory adalah sebuah ekspresi dalam bahasa Inggris yang merupakan sinonim dari kata fine. Dalam lagu ini, Ray berusaha menyampaikan bahwa masalah itu pasti ada, tapi yakinlah bahwa kamu akan baik-baik saja kok! “I’ll be fine when you’re not even mine” Meskipun cintamu bertepuk sebelah tangan, tapi Hunky Dory mengajakmu untuk tetap semangat dan bersinar melalui suasana 80-an yang sangat kental. 

    Dalam lagu ini kamu akan mendengar melodi gitar yang mungkin biasa didapati pada lagu-lagu Boy Pablo atau Phum Viphurit. Ray memang banyak mendapat influence dalam bermusik dari kedua musisi tersebut. Bagian yang paling menarik perhatian saya terdapat pada lirik “Take the ride, I’ll shine bright”. Nada dan harmonisasi pada lirik tersebut sangat manis dan khas neo soul. Hunky Dory juga merupakan kesempatan Ray untuk berkolaborasi dengan vokalis Dream Coterie, Monsdim. Harus saya akui, suara Ray dan Monsdim sangat padu dan menyatu, sehingga mudah saja untuk diterima telinga. Sekarang kamu sudah yakin belum, kalau apapun yang terjadi kamu tetap akan baik-baik saja? Sudah bisa tidur tenang kan? 

Stadium 3 – Vine

    Tahap ini adalah masa transisi dari light sleep ke deep sleep. Jika kamu sampai di fase ini, kamu akan lebih sulit untuk dibangunkan. Pun kamu terbangun, pasti kamu membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyesuaikan diri. Sering kali saat terbangun kamu menjadi bingung. Terjadi disorientasi sebelum akhirnya kamu betul-betul sadar. 

    Berkisah tentang sakitnya putus cinta, Vine dapat merepresentasikan stadium 3 dengan baik. Kamu seperti dipaksa bangun dari mimpi indah alias relasi romansamu, dan akhirnya kamu pun bingung. Butuh beberapa waktu untuk akhirnya kamu tersadar, kembali menyesuaikan diri dengan situasi, dan bisa kembali berfungsi dengan baik. 

    Lagu ini memiliki komposisi musik yang sederhana bernuansa akustik. Cukup unik untuk sebuah lagu patah hati yang pelik. Ray juga memiliki kemampuan penggunaan diksi bahasa Inggris yang baik. Kalimat per kalimat disusunnya atas kata-kata yang simpel namun penuh makna. Melalui penggalan lirik “The journey of a teardrop from the rim to when it stops, I wish the finish line was further from the start”, Ray sebetulnya hanya ingin menyampaikan bahwa ia sangat berharap kisah cinta-nya tak berakhir secepat ini, namun dikemas menjadi sebuah kalimat yang cukup panjang.

Stadium 4 / Non-Rapid Eye Movement (NREM) – Lunar Rhapsody

    Selamat! Kamu berhasil memasuki fase deep sleep. Pada fase ini berbagai perbaikan mulai dilakukan oleh tubuhmu, mulai dari jaringan, pembentukan tulang, sampai memperkuat sistem imun tubuh. Lunar Rhapsody seakan-akan me-nina-bobo-kan kita dengan alunan musik yang asik. Dilihat dari liriknya, Ray kembali mengajak para pendengarnya untuk yakin kalau “When you are here besides me, everything is alright”. 

    Official Lyric Video yang dirilis dalam kanal youtube pribadi milik Ray juga memperlihatkan bagaimana Ray memiliki teman-teman ada bersama-sama dengannya, untuk mendukung dan menjaganya.  Kita kembali diingatkan bahwa kita gak sendirian kok! Lagu ini mewakilkan fase NREM dengan menguatkan kita bahwa semua akan baik-baik saja. Ketika kita sudah kuat, maka kita bisa mulai untuk memperbaiki hal-hal yang ada dalam kehidupan kita. Kita bisa lebih fokus untuk mengembangkan hobi atau skill kita, yang bisa menambah value diri kita! 

Rapid Eye Movement (REM) – Cupid

    Kita sampai pada fase yang terkenal sekali sebagai tempat terjadinya bunga tidur. Pada fase ini, terjadi fluktuasi tekanan darah, nafas, dan nadi. Kita kembali pada situasi dimana seakan-akan kita masih terjaga, namun dengan mata yang tertutup. Pada fase ini, seluruh otot berada pada kondisi lumpuh. Sounds familiar, huh? 

    Kondisi yang serupa biasanya terjadi dalam tubuh kita saat kita sedang jatuh cinta. Jadi lebih sering deg-degan kalau mau ketemu si dia, terlalu sering memikirkan dia bahkan sampai kebawa mimpi! Lagu Cupid bicara banget nih soal cinta. “They say that love is blind, but I don’t really mind”, salah satu penggalan lirik yang membuat Cupid semakin cocok untuk merepresentasikan fase REM. 

    Pada lagu ini, Ray menggandeng sang pendatang baru, Karina Nasywa. Cupid juga memiliki nuansa metropop yang kental. Video klip dari lagu Cupid juga menarik untuk ditilik. Ray menampilkan beberapa orang yang menyanyikan lirik dari lagu ini. Sebagai lagu cinta, Cupid bisa memberikan pendengarnya rasa berbunga-bunga layaknya betul-betul dilanda asmara. 

Melihat kembali latar belakang pembuatan EP ini, Ray sungguh-sungguh berusaha meyakinkan pendengar melalui lirik-lirik yang dirangkainya, bahwa apa yang lalu lalang dalam pikiranmu hanya berusaha untuk mengecohmu saja, everything’s going to be fine and alright. Namun, hal ini membuat pesan yang berusaha disampaikan terkesan itu-itu saja. Mungkin, next time Ray bisa membuat EP dengan pesan yang lebih variatif lagi. Hal baik lainnya yang bisa dipetik dalam proses pembuatan “The Noir Scene and The White Sheep Before  I Sleep” adalah bahwa masalah, sebesar apapun itu, tidak bisa menghalangimu untuk menghasilkan karya yang cemerlang.

 Pertama kali mendengar kelima lagu dalam EP ini sebetulnya agak mengingatkan saya pada album “Nostalgia” milik Calvin Jeremy. Ada sedikit kemiripan dalam karya Ray dan Calvin, mungkin karena sama-sama membawa suasana 80-an. Satu-satunya masalah yang cukup mengganggu saya dalam debut EP milik Ray Viera Laxmana ini adalah pelafalan atau pronunciation Ray saat menyanyi. Ketika seluruh lagu dalam EP ini berbahasa Inggris, Ray perlu memperhatikan bahwa pelafalan yang jelas antar kata itu penting untuk membantu pendengar memahami pesan yang berusaha disampaikan. But anyways, Ray telah berhasil memikat hati saya melalui album perdana-nya, apalagi ini juga kali pertama saya mendengar karya-karya Ray. “The Noir Scene and The White Sheep Before I Sleep” sudah dapat dinikmati melalui berbagai kanal musik digital. Jika kamu menyukai Boy Pablo dan Phum Viphurit, mungkin kamu juga akan menyukai EP ini! 

sumber : https://www.idntimes.com/health/fitness/ribka-eleazar/5-siklus-tidur-yang-kamu-perlu-tahu-agar-berkualitas/full