“Cinta, Cinta, dan Cinta,” ucapan seseorang dalam keputusasaan disaat memahami perkataan orang lain mengenai eksistensi dunia. 

Mendengar kata cinta, rasanya seperti kembali teringat ke masa sekolah dimana semuanya berlomba-lomba mendapatkan hati seseorang dengan menggunakan daya tarik masing-masing. Kala itu, menggunakan bahasa dan pemilihan diksi yang romantis merupakan kunci terpenting dalam mengungkapkan perasaan. 

“Bapa kamu tukang siomay, yaa?” atau “Kamu tau ga perbedaan kamu sama DPR?”

Memang terdengar begitu menggelikan ketika mengingat masa itu, tetapi begitulah adanya.

Penerapan hukum sebab-akibat mendasari kata cinta dalam kehidupan sehari-hari. Setiap dari kita pasti memiliki cara masing-masing untuk menarik hati dia, tetapi tidak semuanya beruntung mendapatkan hati dia. Ya bisa dikatakan, akibatnya kegalauan dan patah hati pun melanda kehidupan mereka. Namanya juga pembelajaran hidup, kadang beruntung kadang buntung. 

Era media sosial telah mempengaruhi prinsip manusia dengan mengupayakan opini mereka kepada masyarakat. Yang sering saya temui di media sosial adalah opini tentang definisi cinta. Kadang terlihat lucu sekali, mendengar opini mereka soal cinta yang begitu muluk. Tetapi, ada juga yang menyentuh logika saya. Kadang sih, media sosial juga digunakan sebagai medium untuk menyalurkan kegalauan dari para gugurnya prajurit cinta. 

Mengapa saya bilang seperti itu? Karena bentuk kegalauan dari mereka terdapat dalam riwayat playlist spotify mereka. Sebut saja, seperti Kerispatih, Marcell Siahaan, Dewa 19, Sheila On 7, Virgoun, Leto, Drive, Judika, Rizky Febian, Tulus, dan sebagainya. Alasan yang tepat adalah penggalan lirik yang diberikan dalam lagu tersebut dapat mewakili perasaan mereka. Sama seperti, kala jatuh cinta kepada seseorang, pasti memiliki sebuah playlist yang menggambarkan persona dari seseorang tersebut. 

Tulisan ini lahir ketika saya mencari-cari arti kata cinta dalam kehidupan sehari-hari dan juga ingin membuktikan bahwa tidak semuanya memerlukan kata-kata manis dalam mengupayakan cinta. 

Berawal dari sebuah pertanyaan sepele, “apakah bisa mengungkapkan cinta tanpa mengucapkan kata cinta?” 

Untuk memenuhi rasa penasaran saya, saya pun melakukan sebuah riset mengenai definisi cinta dari perkataan para ahli. 

“Cinta merupakan sebuah proses aktualisasi diri yang dapat melahirkan beragam tindakan kreatif dan produktif,” 

Abraham Maslow. 

“Cinta merupakan penggalan sebuah kisah yang ditulis oleh setiap orang,”

– Stenberg. 

Jadi, dapat disimpulkan bahwa, cinta merupakan sebuah tindakan yang memberikan penggalan kisah. 

Mungkin berdasarkan opini tadi, memberikan pro kontra bagi para pembaca tulisan ini. Tetapi, berdasarkan definisi dari para ahli, cinta itu tidak hanya berbicara soal kasih dan proses, melainkan sebuah kisah. Kisah itu membentuk sebuah kenangan, dan kenangan itu memberikan kekuatan untuk menggugah kisah cinta seseorang. 

Kisah cinta dari kita semua memang tidak semanis dalam penggalan lirik Fiersa Besari atau nada kisah romansa kita tidak seharmonis Maliq & D’Essentials atau Hivi. Tetapi, kita bisa kok! Memiliki kisah cinta yang indah tanpa harus mengungkapkan dengan kata cinta. Karena menjadi diri sendiri dan ingatan merupakan kunci terpenting dalam mengungkapkan kata cinta. Tetapi, tidak semua bisa melakukan ini karena beberapa orang pernah merasakan tanpa mengucap kata romansa terkesan lebih rumit dan berputar-putar.

Sebuah kisah cinta memberikan inspirasi dalam proses penciptaan sebuah lagu yang dapat mewakili perasaan para pendengar. Entah mengapa, di awal tahun 2000 an hingga saat ini mendengarkan sebuah lagu dengan penggalan lirik “Aku cinta kamu” dan sebagainya terasa membosankan. Begitu banyak kata ini ditemukan dalam lagu pop hingga dangdut di negeri ini. Saya menemukan sebuah persamaan dalam pemilihan konsep penulisan lirik yang begitu monoton karena takut untuk keluar dari zona nyaman. 

Kalau, melihat ke masa keemasan dari musik, yaitu pada tahun 1980 an hingga 1990 an, dapat mengemas kata cinta dengan sebuah lirik yang berisi. Entah sang penulis lirik pada masa itu begitu memahami pemilihan diksi yang terkesan sederhana, namun abadi di dalam telinga pendengar, seperti: Sesaat Kau Hadir oleh Utha Likumahuwa  dan Sinaran oleh Sheila Majid. 

Modernisasi seperti kembali berjalan mundur karena konsep musik pada masa kini pun kembali membangkitkan konsep masa lalu. Tetapi, konsep penulisan lirik pada musik masa kini pun tidak bisa dianggap remeh. Para penyair mungkin menyadari bahwa dengan kemasan “Aku cinta kamu” terdengar monoton sehingga mereka lebih mengutamakan membangkitkan kenangan daripada ungkapan. 

Seperti pengertian dari para ahli, sebuah kisah mengalirkan sebuah sinyal yang kuat dalam penggalan lirik dalam lagu. Saya pun menemukan beberapa lagu yang dapat menggambarkan pengertian tersebut, seperti: Morfem – Senjakala Cerita, Morfem – Roman Underground, Hindia – Rumah Ke Rumah, The Adams – Konservatif, The Adams – Timur, Laze – Pertanda Baik, dan Efek Rumah Kaca – Cinta Melulu.

Sebuah kisah memiliki keterangan yang melekat dalam akal, seperti ciri khas dari sebuah tempat. Jimi Multhazam dalam menulis lirik untuk Senjakala Cerita, Roman Underground, dan Konservatif terinspirasi dari kisah cinta temannya. Sehingga dapat ditemukan dalam penggalan lirik dari ketiga lagu tersebut sebuah keterangan tempat dan waktu yang begitu lengkap dan melekat dalam penggambaran lirik tersebut. 

Sama seperti Jimi Multhazam, Laze juga berupaya untuk menceritakan kisahnya ketika menyukai seseorang pada waktu kuliah, konon pada saat ini sudah menjadi istrinya. Rapper asal bandung ini, menceritakan kenangannya dalam bentuk word play sehingga terasa begitu unik dan mengesankan.  Dalam lagunya, tidak ada satupun kata cinta tertulis dalam lirik “Pertanda Baik”.

 Kisah cinta tidak hanya menjadi sebuah lelucon, namun bisa juga menjadi sebuah pelajaran atau sebuah ucapan syukur. Hindia juga menggunakan kisah cintanya untuk berterima kasih kepada orang-orang yang pernah hadir di dalam hidupnya. Anda bisa menemukan dalam lagunya yang berjudul “Rumah Ke Rumah”. Selain itu, Efek Rumah Kaca juga mematahkan omong kosong dari kenangan atas kisah cinta dengan menciptakan lagu “Cinta Melulu”. 

Menurut saya, beberapa lagu yang saya sudah sebut memberikan perspektif baru dalam pendefinisian kata cinta. Karena mayoritas orang mengatakan cinta itu hanyalah sebuah kasih atau proses, namun melupakan atas kenangan yang telah tercipta. Kenangan itu memberikan pelajaran untuk mendewasakan diri dalam mencintai seseorang. Kita bisa berterima kasih atas kenangan tersebut, bahkan kita bisa menciptakan sesuatu dari kisah tersebut. 

Tulisan ini membuat saya yakin bahwa tidak semuanya bentuk cinta itu buruk, melainkan memberikan perspektif baru atas hal yang klise.