Sebuah unit indie rock asal Jakarta, Bedchamber, telah menemukan Bigfoot yang telah berpuluh tahun menjadi misteri. Makhluk kriptid tersebut ditemukan dalam single terbaru mereka berjudul “The Bigfoot Trademark Logo”. Bigfoot terdokumentasikan dalam balutan fantasi dengan baik oleh Bedchamber dalam video musik mereka. 

Sedikit cerita mengenai Bigfoot, dalam berbagai budaya makhluk berbulu dan berkaki besar tersebut telah menjadi legenda dan memiliki banyak versi. Pada 1832, sebuah jurnal karya James Prinsep memuat kisah pengalaman pendaki B.H Hodgson di Pegunungan Himalaya yang mengaku melihat makhluk besar berbulu, masyarakat Nepal menjuluki makhluk tersebut dengan Yeti. Di Kanada, mereka mengenalnya dengan nama Sasquatch, berawal dari sebuah artikel yang berisi cerita-cerita mengenai makhluk besar berbulu penghuni hutan British Columbia, ditulis oleh J.W Burns dalam sebuah majalah McLean’s berjudul Introducing B.C’s Hairy Giants pada tahun 1929. Kemudian, pada 1958 di Amerika Serikat, Genzoli dan Betty Allen dari Humbold Times menerbitkan sebuah artikel mengenai penampakan makhluk besar berbulu di Bluff Creek Road, California, masyarakat AS lantas mengenalnya dengan istilah Bigfoot. 

Kembali kepada penemuan Bigfoot versi Bedchamber, Sang vokalis, Smita Kirana, mengisahkan bagaimana pertemuan dirinya dengan Bigfoot berawal saat masa-masanya di Seattle, Amerika Serikat, yang kemudian dituangkan dalam lagu “The Bigfoot Trademark Logo”. Kirana mengaku sangat tertarik pada hal-hal mistik seperti Bigfoot yang kemudian menjadi sumber inspirasinya. 

Saat menulisnya, saya terpaku pada cerita-cerita menyeramkan dari Pegunungan Appalachian dan memiliki banyak kisah Sasquatch dari masa saya di Seattle. Ketertarikan saya pada hal-hal paranormal benar-benar menginspirasi lirik lagu ini.”

Penggambaran cerita dari sisi manusia maupun Bigfoot tertuang dalam lirik lagu ini. Ketakutan jelas terlihat dari sudut pandang manusia, saat suatu malam melihat sosok berbulu besar dari kejauhan yang datang dengan suara tanpa ada bayang, bentuk, serta rupa, layaknya pencuri.

It Came in The Night Like Sneaky Thief,
The Stench of Ancient Fur
… A noise, No Shadow, No Form,
No Shape, Just A Floating Voice.” 

Di sisi lain, Bigfoot pun mengalami hal serupa ketika merasa ketakutan seperti diawasi oleh manusia. Ia takut didatangi oleh banyak manusia kemudian dieksploitasi, saat dirinya ingin sendiri.

“I Can Feel of These People Stare,
Please Just Leave Me Be and Dont Come Near Me.

Kisah Bigfoot juga didokumentasikan dalam sebuah bentuk video musik. Bedchamber mengemas video musik “The Bigfoot Trademark Logo” ala-ala film dokumenter Area 51 ataupun teori-teori konspirasi lainnya. Dokumentasi video musik “The Bigfoot Trademark Logo” berhasil memvisualisasikan lapisan konspirasi seperti pada lirik lagunya. Menurut Bedchamber, dalam video musik ini juga terdapat dosis humor serta komentar sosial yang sehat. Ratta Bill, sang gitaris yang juga sebagai editor, berujar kalau video musik “The Bigfoot Trademark Logo” merupakan sebuah karya satir.

karya satir yang membayangkan bagaimana jadinya jika Bigfoot benar-benar muncul, dari sudut pandang manusia dan juga Bigfoot.”

Rencananya, Bedchamber juga akan mengarsipkan “The Bigfoot Trademark Logo” dalam sebuah split mini album (EP) bertajuk “Balancing Act”, bersama dengan band indie rock asal Singapura, Subsonic Eyes dalam format 7-inch vinyl. EP tersebut dijadwalkan rilis pada 28 Oktober 2024 melalui Kolibri Rekords, dan format 7-inch vinyl edisi terbatas lewat Big Romantic Records.