Kota Bandung terpilih sebagai tempat diselenggarakannya konser tunggal Efek Rumah Kaca atau yang biasa disebut ERK. Konser ERK yang bertajuk “Bandung Konser Lagi” diharapkan dapat memenuhi rasa rindu penikmat karya dari Efek Rumah Kaca.

Saat saya baru sampai Teather Terbuka Dago Tea House, terlihat sudah banyak sekali penggemar ERK yang sudah berkumpul dan mengantri untuk masuk ke dalam venue. Submarine sebagai inisiator mengutarakan bahwa tiket yang terjual hingga H-2 konser sebanyak 1.200 tiket. Baik pre-sale yang dijual Rp 100.000,- maupun tiket On The Spot (OTS) yang dijual Rp 150.000,-. Bentuk tiketnya pun berupa gelang kece yang dapat dipakai sehari – hari menjadi suatu hal yang menarik, memorable dan juga takan terlupakan.

Pada siang hari Bandung hujan cukup lama, setelah menjelang sore hujan pun berhenti. Tidak lama setelah hujan reda matahari pun sudah selesai dengan pekerjaannya dan digantikan oleh sang bulan. Udara malam Dago Bandung yang dingin menambah suasana yang adem dan cocok ditemani lagu dari ERK. Lampu – lampu berwarna kuning yang menghiasi venue seakan menghangatkan suasana. Mojang – mojang Kota Bandung pun turut serta dalam menghiasi venue, tapi tidak hanya menghiasi venue saja, para Mojang Bandung pun turut memanjakan hidung para jajaka dengan tubuh wanginya. Mendekati dimulainya acara, Teather Terbuka Dago Tea House semakin dipenuhi oleh anak muda yang haus akan karya dari ERK. Tempat duduk yang sebegitu banyaknya tidak dapat menampung semua penonton, tidak sedikit penonton yang rela berdiri untuk menyaksikan musik band kesayangannya.

Lighting panggung menyala menandakan bahwa konser sudah dimulai. Para wanita berteriak histeris saat Cholil cs menaiki panggung, dan tidak sedikit juga para pria yang berteriak histeris. ERK mulai menyanyikan lagu “Tubuhmu Membiru Tragis” di album “Kamar Gelap” sebagai lagu pembuka di konser yang bertajuk “Bandung Konser Lagi” ini. Para penonton mulai bernyanyi bersama seperti anak – anak paduan suara yang sedang upacara, namun bedanya mereka sedang tidak upacara. Lagu – lagu dari ERK pun tidak hanya nikmat untuk didengar, tetapi dapat dirasakan di hati para penggemarnya karena lagu – lagu dari mereka sangat menyentuh dan juga memotret keadaan sosial masyarakat di sekitar mereka pada semua tingkatan. Penonton pun meluapkan emosi hatinya dengan cara bernyanyi bersama.

Suasana mulai memanas saat lagu berjudul “Di Udara” mulai dimaikan oleh ERK, serentak penonton berdiri dari duduknya untuk bernyanyi bersama. Terlihat seorang lelaki memakai topeng Munir berdiri di depan keseruan atmosfer penonton. Aksi ikonik tersebut mamancing penonton berlari ke depan untuk bernyanyi bersama Sang Munir. Karena lagu yang berjudul “Di Udara” menceritakan tentang perjuangan seorang aktivis HAM bernama Munir yang telah di khianati oleh negaranya sendiri .

Cholil cs sempat mengejutkan penggemarnya dengan membawakan lagu tidak berjudul mereka yang belum rampung di album “Kamar Gelap” (2008).

”Mumpung di Bandung mungkin kita mau nyobain bawain lagu baru kita yang belum ada judulnya, buat hehereuyan ”, ucap Cholil di atas panggung.

 

Lagu baru pun mulai dimainkan dan sangat diterima oleh para penggemarnya. Saat Cholil cs membawakan lagu “Desember”, mereka mengejutkan para penggemarnya untuk yang kedua kalinya, ia memanggil Oscar Lolang dan Estu untuk berkolaborasi. Hal unik pun terjadi, terlihat Cholil turun dari panggung menyatu bersama penonton dan mulai bernyanyi bersama. Mungkin Cholil penasaran gimana rasanya menonton band sendiri saat tampil. Lagu “Sebelah Mata” mulai dimainkan, tanda bahwa acara akan segera selesai. Cholil, Oscar Lolang dan Estu bernyanyi bersama di lagu andalannya ERK ini. Gemuruh nyanyian penonton terasa begitu nyata dan merinding.

Rabu tanggal 29 Agustus 2018 adalah hari yang sulit dilupakan bagi penggemar musik band Efek Rumah Kaca dan Kota Bandung sebagai saksinya. Dimana pada tanggal itu dilaksanakannya konser terakhir ERK di Tur Kemarau 2018 sebelum akhirnya Cholil Mahmud sang vokalis kembali ke negeri Paman Sam.